Pengguna busway terus meningkat signifikan, padahal diawal peluncurannya sempat dipertanyakan orang akan keberhasilannya. Namun kini, seiring dibangunnya Busway Koridror II, III dan seterusnya antusias masyarakat untuk menggunakan Trans Jakarta kian bertambah. Hingga September 2007, Busway sudah mengangkut 44,3 juta penumpang. Apalagi dengan semakin melimpahnya kendaraan bermotor dikeramaian lalu lintas jalan raya kota Jakarta, semakin jelas pula kemanapun arah tujuan masyarakat maka keberadaan Busway semakin dibutuhkan. Masyarakat kian memilih bus yang dioperasionalkan Transjakarta ini. Penelitian JICA menunjukkan bahwa 14% penumpang Busway sebelumnya adalah pengguna kendaraan pribadi.
Selain bebas hambatan dan murah, bus berlajur khusus ini juga nyaman dan aman. Tarif Transjakarta cukup murah. Tak pelak, angkutan umum seperti inilah yang didambakan sebagian besar warga Jakarta yang aktifitas kesehariannya bergantung pada angkutan umum. Karena itu, sementara moda angkutan massal lainnya dari Pola Transportasi Makro (PTM) - seperti monorail dan subway - akan disajikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai solusi mengatasi masalah transportasi di Jakarta dalam tahap persiapan, koridor Busway akan dirampungkan sebagaimana direncanakan. Busway hanya salah satu langkah dari strategi besar Pola Transportasi Makro di Jakarta. Busway kelak akan terintegrasi dengan moda angkutan lainnya itu.
Terkait pembangunan jalur Busway, sebagian masyarakat ada yang menilai kemacetan lalu lintas seolah-olah disebabkan adanya pembangunan prasarana atau bahkan karena keberadaan Busway. Dikalangan masyarakat ini terdapat persepsi bahwa ruas-ruas jalan akan menyempit, lalu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun dianggap tak peduli keadaan. Juga yang tak urung menyita perhatian dan menjadi bahan pemberitaan di media massa adalah adanya kelompok masyarakat yang semula sempat bersikeras tak cuma merasa terganggu atas dibangunnya jalur Busway, namun juga menolak pembangunannya.
Dari penelitian yang dilakukan, perlu difahami bersama, jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Jakarta saat ini mencapai 5,5 juta unit. Pertumbuhannya dalam lima tahun terakhir rata-rata 9,5% per tahun. Sedangkan pertumbuhan panjang ruas jalan hanya 0,01%. Dan dari 5,5 juta unit kendaraan itu sebesar 98% adalah kendaraan pribadi yang melayani 44% perjalanan, sisanya sebesar 2% merupakan angkutan umum yang harus melayani 56% perjalanan. Adapun total kebutuhan perjalanan di DKI Jakarta saat ini mencapai 17,2 perjalanan per hari. Sehingga tak mengherankan jika hasil Study on Integrated Transportation Master Plan oleh JICA/ Bappenas menyimpulkan : jika sampai tahun 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi Jabodetabek, maka estimasi kerugian ekonomi yang akan terjadi sebesar Rp 65 Triliun per tahun yang terdiri atas Rp 28,1 Triliun berupa Kerugian Biaya Operasional Kendaraan dan Rp 36,9 Triliun sebagai Kerugian Nilai Waktu Perjalanan.
Lalu kenapa mesti Busway yang didahulukan ? Dibandingkan dengan 3 moda angkutan umum lainnya dalam Pola Transportasi Makro – MRT/Subway, LRT/Monorail dan Waterways – Busway memiliki beberapa kelebihan, antara lain : waktu pembangunan sarana-prasarana lebih cepat, biaya lebih murah sehingga mampu didanai sendiri oleh APBD, infrastruktur jalan untuk pilot project telah tersedia dan memadai, rute koridor fleksibel untuk menjangkau berbagai wilayah kota, sangat efisien dalam penggunaan ruang jalan dan sarana yang tepat untuk transisi culture engineering (budaya tertib dan antri) sebelum tersedia LRT atau MRT.
Prinsip sistem busway, karakteristik operasional seperti kereta api, namun menggunakan bus. Busway berjalan pada jalurnya sendiri, pola perjalanan berjadwal, berhenti hanya pada haltenya, pembayaran dengan tiket/ karcis dan yang paling utama adalah kapasitas angkutnya yang besar.
Penelitian ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) memperlihatkan, Busway mengurangi emisi NOx 155 ton per tahun, partikel 23 ton per tahun dan mengurangi emisi CO2 sebanyak 20.000 ton per tahun. Oleh karenanya, Transjakarta Busway telah menjadi rujukan berbagai seminar internasional sebagai bentuk reformasi transportasi publik yang ramah lingkungan dalam rangka sustainable transportation. Dalam tahun 2001-2006 USAID (US Aid for International Development) memberikan bantuan Technical Assistance untuk program Busway melalui ITDP. Tahun 2006, Pemprov DKI Jakarta memperoleh Air Quality Management Champion Award dari Clean Air Initiative for Asian Cities atas keberhasilan mengupayakan kelestarian lingkungan melalui program pemanfaatan gas. PBB melalui UNEP (United Nations Environment Program) menilai Busway Jakarta telah turut berperan mengurangi emisi gas buang dan memberikan dukungan untuk pengembangan Transjakarta Busway tahun 2006-2011.
Keberadaan Busway ternyata tak semata-mata memberikan angkutan umum yang nyaman bagi sebagian besar warga Jakarta, tetapi juga terkait dengan isu global yakni mengurangi efek rumah kaca. Terkait dengan perjanjian Protokol Kyoto, penghargaan yang sudah diraih Jakarta tentu sungguh bernilai tinggi, mahal dan prestisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar