Eksportir kopi mengaku belum merasakan adanya pengaruh pada permintaan ataupun kepada penurunan harga ditengah meruaknya krisis Yunani. Meski demikian, para eksportir memprediksi akan terjadi penurunan harga seperti dampak krisis Amerika Serikat tahun lalu.
“Perkiraan saya pengaruhnya kepada harga seperti yang terjadi pada krisis Amerika Serikat tahun lalu, namun dari sisi volume tidak mengalami penurunan permintaan,” kata Rachim Kartabrata, Sekretaris Eksekutif, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI). Menurutnya, kopi hanya bagian kecil dari pengeluaran rumah tangga masyarakat Eropa.
Rachim menyatakan, jika krisis Yunani tersebut tidak segera diatasi oleh Uni Eropa maka barulah Rachim mengkhawatirkan terjadinya penurunan harga kopi.
Ekspor kopi jenis robusta ke Eropa mencapai lebih dari 100.000 ton per tahun. “Yang menjadi kekhawatiran kami adalah terjadi penurunan harga yang signifikan,” jelas Rachim.
Hingga ujung Mei 2010 ini, Rachim belum menerima laporan perdagangan kopi ke Eropa yang terganggu; baik berupa penurunan volume ekspor ataupun penurunan harga yang signifikan.
Rachim bilang, penurunan kopi yang terjadi belakangan lebih dikarenakan menurunyan faktor produksi di dalam negeri. “Untuk mengatasi ini, pemerintah mesti segera menurunkan suku bunga agar beban eksportir berkurang,
sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/05/30/09344893/Ekspor.Kopi.ke.Eropa.Tidak.Terganggu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar