KOMPAS.com — Setiap kali masuk ke dalam fase baru dalam kehidupan, berbagai macam perubahan pasti akan terjadi. Dalam karier pun demikian. Begitu jabatan Anda naik, jangan harap semuanya akan sama. Perubahan dalam tanggung jawab, itu sudah pasti. Tapi, yang banyak orang tidak siap menghadapinya adalah perubahan hubungan pertemanan dengan rekan-rekan kerja. Tidak sedikit lho orang mengeluh, semakin tinggi posisinya, semakin sedikit teman-temannya, sehingga ia sering merasa ditinggalkan dan sendiri.
Anda enggak asyik lagi?
Dulu, Anda paling seru kalau diajak bergosip. Bahkan, mungkin Andalah sumber gosip itu. Dari soal atasan yang makin enggak jelas marah-marahnya kalau sedang putus cinta, sampai hubungan "cinta terlarang" antara seorang rekan kerja dan salah seorang bos yang sudah punya istri dan 2 orang anak, Anda bisa seru menanggapi semua itu.
Tapi sekarang, itu tidak mungkin lagi terjadi. Masa bos ngegosip bersama anak buah? "Di mana wibawa saya?" Begitu mungkin yang ada di dalam pikiran Anda. Batasan itu juga yang dilakukan rekan-rekan Anda. Bukan karena mereka memusuhi Anda, tapi lebih karena perasaan tak enak hati karena merasa sudah tidak setara lagi dengan Anda. Apalagi, jika peningkatan posisi Anda itu adalah sebagai bos mereka. Wah, makin sungkan lagi mereka mengajak Anda.
Selain itu, mungkin mereka juga mempunyai kekhawatiran Anda tak lagi "loyal" pada hubungan pertemanan karena wewenang Anda lebih luas dan akses ke pimpinan lebih terbuka. Sehingga apa yang Anda dengar bisa langsung sampai ke telinga atasan. "Duh, jangan ajak-ajak dia deh, bisa-bisa kita nanti diaduin." Mungkin itu yang ada di pikiran mereka.
Beban pekerjaan dan tanggung jawab yang semakin banyak juga menjadi kendala tersendiri. Makin banyak saja rapat yang harus Anda hadiri, dan semakin bertambah pula frekuensi lobi dengan klien-klien besar yang harus dilakukan. Waktu Anda pun semakin sempit. Jangan untuk bersenda, untuk "meluruskan kaki" saja sulit. Makan siang lebih sering dilakukan bersama klien-klien di luar atau Anda melakukannya sembari mengerjakan tugas-tugas di meja kerja.
Pokoknya, sejak menjadi bos, Anda "enggak asyik" lagi karena begitu banyak "keterbatasan" yang tidak memungkinkan Anda seperti dulu lagi. Mungkin, Anda tidak dengan sengaja bermaksud menjadi orang seperti itu, tapi sulit mengelak dari kondisi itu. Walaupun, ada juga orang-orang yang begitu naik jabatan, sikapnya berubah 180 derajat. Berubah menjadi bossy, menjadi tidak ramah karena merasa harus menjaga wibawa. Nah, kalau Anda seperti ini, baru namanya enggak asyik.
Sumber: http://female.kompas.com/read/xml/2010/04/27/13194415/Karier.di.Puncak..tetapi.Tak.Punya.Teman...-12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar